Thursday, November 9, 2017

Insiden Dyatlov Pass Yang Masih Belum Terungkap

Insiden Dyatlov Pass Yang Masih Belum Terungkap


Dunia Horror - Sebuah kematian atau insiden terjadinya kematian pada sesorang pasti memiliki asal muasal dan latar belakang terjadinya. Lalu bagaimana jika ada tragedi kematian tragis yang tidak hanya melibatkan 1 atau 2 orang ?? Melainkan satu kelompok yang berjumlah 9 ornag ??

Iya benar insiden ini merupakan insiden yang masih belum terpecahkan kasus kematiannya yang masih tidak bisa kita pahami dengan naluri manusia. Insiden ini bernama Insiden Dyatlov Pass, salah satu insiden yang sampai sekarang masih belum terpecahkan. Dan menimbulakbn banyak sepekulasi bagaimana dan apa yan terjadi dengan ke 9 orang ini ?

Mari kita ulas dan lihat bagaimana awal mula insiden ini terjadi.

Beberapa puluh tahun yang lalu di bulan Februari, bagian utara dari  Ural menjadi saksi bisu bagi sebuah Insiden yang masih belum terpecahkan sampai saat ini. Misteri itu disebut sebagai Insiden Dyaltov Pass, Insiden yang dimana hanya dijelaskan tentang kematian 9 orang dari 10 pe-ski yang melakukan pendakian.

Lalu apa yang misteri dari hal ini ? Bukankah bisa saja mereka meninggal karena hiportemia? Atau longsor salju ?

Sayang sekali semua asumsi kalian salah, karena faktanya dalam kejadian ini banyak sekali hal janggal yang terjadi. Mari kita bahas satu persatu apa saja hal janggal yang terjadi pada pristiwa yang menelan korban banyak ini.

Semua rincian pristiwa ini dimulai dari buku harian para pe-ski ini, para orang yang terlibat dalam pencarian serta dari penelitian para ahli dari soviet yang menemukan fakta sangat mengejutkan dan juga mengerikan.

Pada malam tanggal 2 Februari 1959, para pendaki ini tampak merebok tenda mereka dari dalam, dan bergerak menuju area pepohonan tanpa mengenakan apa-apa kecuali pakaian yang mereka kenakan saat bangun dan keluar dari tenda.

Tiga minggu setelah pencarian, lima mayat ditemukan oleh tim pencari ratusan meter menuruni lereng dari tempat korban berkemah. Butuh waktu kurang lebih dua bulan lagi bagi para pencari untuk menemukan empat mayat lainnya. Namun anehnya keempat mayat yang ditemukan ini mengenakan pakaian milik teman mereka yang mayatnya sudah ditemukan.

Setelah melakukan penyelidikan lebih lanjut lagi ternyata pakaian yang mereka gunakan memilki radiasa tingkat tinggi. Disamping trauma internal yang berat termasuk tengkorak retak dan tulang rusuk patah, yang diderita oleh beberapa korban pendaki itu. Penyelidik Russia yang pada saat itu masih bernama Sovyet, melaporkan bahwa hasil penyelidikan tidak menemukan adanya pidana kriminal yang dialami para korban dan dengan cepat memutuskan untuk menutup kasus ini.



Mari kita ulik lebih dalam kasus ini dan rincian kejadian yang dialami para korbannya. Kelompok pendaki ini terdiri dari mahasiswa dan alumni dari Ural State Technical University, yang semuanya sudah berpengalaman dalam pendakian dan ekspedisi ke dalam pedalaman terpencil sekalipun.

Ekspedisi yang dipimpin oleh Igor Dyatlov (23 tahun) ini, dimaksudkan untuk mengeksplorasi lereng gunung Otorten di bagian Utara dari pegunungan Ural dan mereka memulai ekspedisi ini pada tanggal 28 Januari 1959.

Yury Yudin merupakan satu satunya korban sekaligus anggota ekspedisi yang selamat dalam pristiwa ini. Yury mengalami jatuh sakit saat ingin melakukan dan melanjutkan ekspedisi dan tetap tinggal di desa terakhir yang mereka lalui.

Sembilan lainnya melanjutkan perjalanan mereka dengan berjalan kaki setelah berfoto dengan Yury yang tinggal di desa terakhri. Sesuai dengan foto yang berhasil ditemukan tim pencari dari salah satu gulungan film yang ditemukan. Di ketahui bahwa tim Dyatlov ini mendirikan tenda di sore hari pada lereng gunung Ortoten.

Foto Yury Yudin tengah dipeluk oleh Lyudmila Dubinina saat ia bersiap untuk melanjutkan ekspedisi bersama rekannya yang lain. Sakit yang dialami Yury menyelamatkannya dari kematian.

Gunung ini dikenal masyarakat lokal, suku Mansi, sebagai Kholat Syakhl, yang sebenarnya memiliki arti "Gunung kematian".

Keputusan para pendaki untuk berkemah di lereng gunung dianggap tidak masuk akal. Kelompok ini dilaporkan hanya sekitar satu mil dari pepohonan, di mana mereka bisa menemukan setidaknya sedikit perlindungan dalam kondisi dibawah nol derajat celcius.

Mereka tampaknya tidak ingin membuang waktu, dan mendirikan tenda di lereng gunung daripada di dalam hutan yang berada lebih dibawah.

"Dyatlov mungkin tidak ingin kehilangan waktu mereka yang terbatas, atau ia memutuskan untuk berlatih berkemah di lereng gunung", kata Yudin kepada St Petersburg Times pada tahun 2008.

Para pendaki mendirikan tenda pada 2 Februari 1959 dalam foto
yang diambil dari satu rol film yang ditemukan oleh penyidik.

Pendirian tenda tersebut adalah pendirian tenda terakhir mereka. Dyatlov sebelumnya mengatakan bahwa tim nya direncanakan akan kembali pada tanggal 12 Februari tahun itu, tetapi juga mengatakan bahwa tim nya mungkin memakan waktu lebih lama dari yang direncanakan.

Setelah dirasa cukup lama tidak ada kabar berita dari tim tersebut maka sekitar tanggal 20 Februari tim pencari pun dikirim untuk mencari mereka dan pada tanggal 26 Februari, bekas tenda mereka ditemukan oleh tim relawan pencarian dan penyelamatan (tim SAR), masih dipenuhi dengan semua pakaian, seluruh peralatan yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidup selama sisa perjalanan.


Tenda para pendaki setelah tim penyelamat menemukannya pada tanggal 26 Februari 1959.
Ditemukan telah dibuka paksa dari dalam.


Ketika penyelidik resmi tiba, mereka mencatat bahwa tenda telah dirobek dari dalam, dan menemukan jejak-jejak kaki dari delapan atau sembilan orang meninggalkan tenda yang mengarah ke lereng bawah ke arah pepohonan.

Menurut penyelidik, sepatu dan peralatan para pendaki tertinggal, dan jejak kaki mereka mengisaratkan beberapa orang bertelanjang kaki atau tidak memakai apa-apa kecuali kaus kaki.

Dengan kata lain, mereka semua tergesa-gesa keluar dari tenda mereka dan berlari melalui salju yang sedalam lutut. Anehnya tidak ada bukti orang lain atau rencana jahat diantara para pendaki.

Dua mayat pertama ditemukan di pepohonan, di bawah pohon pinus besar. Ingat bahwa pepohonan ini sekitar satu mil jauhnya dari tenda mereka. Penyelidik menulis bahwa jejak kaki menghilang sekitar sepertiga jalan menuju ke tempat dua mayat ini, meskipun hal ini bisa saja karena cuaca dalam tiga minggu yang dibutuhkan untuk penyidik ​​tiba.

Dua mayat ini hanya mengenakan pakaian dalam mereka, dan keduanya bertelanjang kaki. Menurut laporan, cabang-cabang yang patah di pohon tersebut, menunjukkan ada orang yang mencoba untuk memanjatnya. Sisa-sisa api tergeletak di dekatnya.

Tiga mayat lagi, yang salah satunya adalah Dyatlov, ditemukan tercecer di tempat-tempat antara tenda dan pohon pinus besar tersebut, dan terbaring seolah-olah mereka ingin kembali ke tenda.

Salah satunya, Rustem Slobodin, tengkoraknya retak, meskipun dokter menyatakan itu non-fatal, dan investigasi kriminal ditutup setelah dokter memutuskan kelimanya meninggal karena hipotermia.

Dua bulan berlalu sampai empat mayat yang tersisa ditemukan terkubur di bawah salju setebal 4 meter di sebuah liang beberapa ratus kaki di bawah lereng dekat pohon pinus besar tersebut diatas.

Dibandingkan lima mayat yang telah ditemukan sebelumnya, kondisi empat mayat ini lebih mengerikan. Keempatnya mengalami kematian traumatis, meskipun tidak ada penampilan trauma luar atau luka luar.

Pertama, Nicolas Thibeaux dan Brignollel tengkoraknya retak. Alexander Zolotariov dan Ludmila Dubinina ditemukan dengan lidah dan mata mereka hilang serta tulang rusuk mereka hancur.

Ada kemungkinan bahwa empat orang ini mencari bantuan dan kemudian mereka jatuh ke liang. Tapi itu tidak menjelaskan lidah serta mata Dubinina dan Zolotariov yang hilang. Beberapa orang pada saat itu berpendapat para pendaki ini telah diserang oleh suku Mansi, namun laporan koroner pada saat itu menyatakan bahwa untuk membuat trauma seperti yang ditemukan pada korban, dibutuhkan kekuatan lebih besar dari kekuatan manusia, terutama mengingat tidak ada trauma luar yang menyertainya.

"Itu sama dengan efek dari kecelakaan mobil", kata Boris Vozrozhdenny, salah satu dokter pada kasus ini, menurut dokumen yang dibuka kembali oleh Times.

Dan anehnya lagi, empat mayat yang ditemukan terakhir ini memakai pakaian/peralatan lebih lengkap daripada lima mayat yang ditemukan sebelumnya. Jadi tampaknya mereka telah mengambil pakaian dari teman mereka yang mungkin telah mati lebih dahulu dari mereka, dan kemudian melanjutkan perjalanan tanpa tujuan.

Zolotariov, misalnya, ditemukan mengenakan mantel dan topi Dubinina, sedangkan Dubinina sendiri kakinya dililit potongan celana wol dari yang dipakai temannya yang mayatnya ditemukan di pohon pinus. Dan anehnya, pakaian-pakaian yang dikenakan oleh keempat orang ini mengandung radioaktif.


Radioaktivitas yang ditemukan pada pakaian memang sulit untuk dijelaskan, tapi selebihnya, kasus ini dapat dijelaskan dengan penjelasan yang lebih masuk akal daripada penjelasan yang melibatkan alien atau percobaan nuklir pada orang yang sering dikaitkan pada peristiwa ini.

Penjelasan yang paling mungkin adalah longsoran salju atau avalanchemenimpa tenda mereka dan mengubur mereka dalam longsoran salju. Ini akan menjelaskan mengapa tenda dirobek dari dalam dan sangat mungkin beberapa pendaki mendapat trauma akibat longsoran.

Dan kemungkinan para pendaki terkubur lumayan lama sebelum mereka berhasil keluar sendiri dan itulah yang mungkin menyebabkan beberapa dari mereka mengalami hipotermia, dan mungkin delirium.

Hipotermia yang mereka alami inilah yang mungkin menyebabkan mengapa lima mayat dari mereka berada di berbagai tempat antara tenda dan pohon pinus besar. Pertanyaannya adalah: Mengapa 4 orang lainnya tidak kembali ke tenda untuk mengambil peralatan yang diperlukan?

Sekali lagi, tanpa memperhitungkan adanya radioaktivitas yang ditemukan, skenario diatas adalah yang paling masuk akal.

Namun radioaktivitas yang ditemukan benar-benar aneh, seperti penyelidikan itu sendiri. Dokumen yang berkaitan dengan kasus itu disegel setelah kasus tersebut ditutup (dinyatakan selesai), dan tidak pernah dibuka sampai sekitar tahun 1990-an.

Penyebab insiden tersebut masih spekulatif, dan wawancara terhadap peneliti utama insiden itu, Lev Ivanov, pada waktu dokumen yang disegel dibuka kembali, malah memperlihatkan betapa aneh dan misteriusnya kasus ini.

Ivanov adalah orang yang pertama kali menemukan bahwa tubuh dan pakaian yang ditemukan mengandung radioaktif, dan mengatakan bahwa Geiger counter (detektor radiasi) yang dibawanya berbunyi menggila di lokasi sekitar perkemahan.

Dia juga mengatakan bahwa para pejabat Soviet mengatakan kepadanya pada waktu itu untuk menutup kasus tersebut, meskipun ada laporan bahwa "bola terbang terang" telah dilaporkan di daerah tersebut pada bulan Februari dan Maret tahun 1959.

"Saya menduga pada saat itu dan saya hampir yakin sekarang bahwa bola terbang terang tersebut memiliki koneksi langsung terhadap kematian para pendaki itu", kata Ivanov kepada koran Kazakh Leninsky dalam sebuah wawancara.

Kelompok siswa lain yang berkemah sekitar 30 mil dari kelompok pendaki, melaporkan penampakan serupa di waktu itu. Dalam kesaksian tertulis, salah seorang siswa mengatakan bahwa ia melihat "Obyek melingkar bersinar, terbang di atas desa dari barat daya ke timur laut. Cakram bersinar itu terlihat seukuran bulan purnama, bercahaya putih kebiruan dikelilingi oleh lingkaran cahaya biru. Lingkaran cahaya biru tersebut berkelebat seperti kilatan petir. Ketika obyek tersebut menghilang di balik cakrawala, langit menyala terang di tempat itu selama beberapa menit".

Teori yang paling terkemuka, mengingat kerahasiaan kasus, radioaktivitas, dan penampilan beberapa mayat yang dilaporkan terlihat "sangat kecokelatan" oleh seorang anak muda yang menghadiri beberapa pemakaman mereka, adalah bahwa kelompok pendaki itu entah bagaimana menjadi ajang pengujian teknologi militer Soviet. Tapi, teori ini tetap tidak dapat menjelaskan apa yang menyebabkan trauma pada beberapa pendaki.

Ada kemungkinan bahwa salah satu anggota melihat beberapa cahaya yang menakutkan di langit dan semua orang panik, kemudian lari, tapi tidak pernah ada bukti ledakan di daerah tersebut, yang mengesampingkan semacam uji coba nuklir atau sesuatu yang sejenis.

Tapi meskipun demikian, itu tidak menjelaskan patah tulang dan tengkorak retak. Beberapa trauma memang dapat dijelaskan oleh jatuh ke dalam liang, tapi ingat, Slobodin tengkoraknya retak dan ditemukan terbaring menghadap kembali ke tenda.

Fakta bahwa sisa-sisa api ditemukan, menunjukkan bahwa beberapa pendaki masih memiliki kontrol terhadap emosi mental mereka, dan psikosis memang bukanlah efek dari paparan radiasi, tapi itu tidak menjelaskan mengapa para pendaki tersebut berjalan tanpa membawa peralatan apapun dari tenda mereka.

Skenario yang lebih sederhana dan mungkin terbaik adalah: Para pendaki terkubur di longsoran salju, dan dalam keadaan hipotermia delirium, bergegas pergi mencari bantuan. Longsoran salju yang sangat kuat, kemungkinan bisa mengakibatkan jenis trauma yang beberapa dari pendaki tersebut alami.

Namun, kurangnya kejelasan dari penyelidikan awal karena begitu cepatnya kasus ini ditutup, telah membuat insiden ini sebagai target favorit dari teori konspirasi dan pemburu alien. Dan memang insiden ini cukup aneh dan misterius.


0 comments:

Post a Comment